GAZA: Krisis Kemanusiaan?
tangis jerit penduduk Palestina di Jalur Gaza, mendapati diri mereka dibantai oleh tentara Zionis Israel. Bagaimana tidak: masjid, rumah, sekolah, semua dihancurkan tanpa peduli siapa korban! Sampai-sampai seorang musisi Barat pun bersimpati terhadap peristiwa ini, yang kemudian lagu ciptaannya akan bisa kau dengar diputar berulang kali tanpa bosan di pojok-pojok kos dan asrama.
Spontan berbagai reaksi pun bermunculan. Aksi-aksi turun ke jalan dilakukan oleh berbagai elemen umat: aktivis dakwah, ibu-ibu pengajian, seniman, pun para tuna netra. Semua mengecam pembantaian terhadap warga Palestina. Bahkan tidak sedikit jumlah mereka yang menyediakan diri untuk turut berjuang menumpah darah bersama melawan penjajah Israel, sekalipun tiada pernah mereka menekuni dunia peperangan.
Tapi tunggu dulu, sebatas itukah aksi serta reaksi umat terhadap pembantaian ini? Apakah hanya aksi-aksi turun ke jalan berteriak lantang, masa bodoh di belakang? Di manakah reaksi para penguasa? Tidakkah kau melihat mereka tiada peduli terhadap saudara-saudaramu muslim Palestina? Uang? Mereka mengirimkan uang? Haha!
Hei kawan, tidakkah kau sadar, apa guna dan arti uang bagi rakyat Palestina? Uang sama sekali tidak akan menghentikan pembantaian yang mereka hadapi! Aku tidak mengatakan uang sama sekali tidak berguna, tapi apakah engkau dan para penguasamu itu tiada berharap agar pembantaian ini segera berakhir dan tidak akan terjadi lagi? Lalu, apakah hanya sekedar dengan uang, obat-obatan, bantuan pangan-sandang-papan, itu semua akan menjamin peristiwa memilukan semacam ini tiada lagi terjadi?
PEMBANTAI DAN YANG DI BANTAI
Kau tahu, menurutku dalam suatu pembantaian paling tidak ada dua pihak: pembantai, dan yang dibantai. Engkau tentu bisa saja terus menerus memberikan bantuan uang, obat-obatan, pangan, dan segala macam lainnya untuk si korban. Tapi perlu dicatat, bahwa selama si pembantai masih ada, pembantaian itu pun akan selalu tetap terjadi. Engkau tidak ingin terus-terusan menadahi tetesan air hujan dari gentengmu yang bocor tanpa memperbaikinya, bukan?
Iya, aku sama sekali tidak mengatakan bahwa bantuan-bantuan tersebut tiada berguna. Tentunya para korban pembantaian itu akan sangat senang dan berterima kasih padamu atas bantuan-bantuan yang engkau berikan. Aku hanya ingin mengingatkan: ayolah, lihat itu si pembantai masih tersenyum tertawa di atas puing darah muslimin Gaza!
DUHAI AL-MU'TASHIM!
Duhai, familiar nian perkataan ini di telinga. Dikisahkan pada zaman Khalifah al-Mu’tashim billah, ada seorang muslimah yang dijahili oleh seorang Romawi di daerah Malta. “Duhai al-Mu’tashim! Di mana al-Mu’tashim?!” pekiknya, mengharap pertolongan sang Khalifah. Mendengar seruan si muslimah tadi, Khalifah sang ‘Amiru l-Mukminin pun mengirimkan bala tentara kaum Muslim untuk segera menyambut seruannya. Lihatlah, itu baru sekedar jeritan seorang muslimah!
Saudaraku, adakah itu terjadi saat ini? Adakah itu terjadi saat ribuan Muslimin Palestina dibantai oleh Zionis Israel? Adakah itu terjadi saat 8000 Muslimin Bosnia dihabisi oleh serdadu Serbia? Adakah itu terjadi saat tanah Irak dan Afganistan diduduki tentara Amerika? Adakah para penguasa di negeri-negerimu barang sedikit saja mengirimkan bala bantuan dan tentara untuk menghadapi mereka?
Kawan, satu-satunya perlakuan seorang penguasa yang aku dengar sebagai reaksi keras terhadap peristiwa pembantaian ini, adalah pengusiran duta Israel oleh Hugho Chavez, presiden Venezuela! Penguasa negeri muslim? Yang tidak hanya sekedar memberikan bantuan uang, mengutarakan himbauan, mengeluarkan kecaman? Adakah engkau tahu?
Krisis Kemanusiaan, atau Konflik Agama?
Ada yang mengatakan, “Tidak usahlah kau bawa-bawa agama! Ini krisis kemanusiaan, tidak ada unsur agama!” Faktanya memang, umat Islam dan non-Muslim hidup berdampingan di Yerussalem dan kota-kota lain, baik di daerah Israel maupun Palestina. Tidak ada yang mengganggu ketika mereka sholat, pun terdapat masjid-masjid di berbagai kota.
Namun bukan di situ permasalahannya! Yang aku pahami, Islam adalah suatu jalan hidup yang menyeluruh, melingkupi semua aspek kehidupan. Ketika engkau meyakini Islam dan menjalankannya, maka tidak ada lagi perbedaan dan pembedaan antara ranah “spiritual” dan “politik“; semuanya diatur dalam Islam. Begitu pula Islam melingkupi permasalahan seperti kasus pembantaian ini. Intinya, untuk semua masalah dan permasalahan yang engkau hadapi, Islam-lah yang engkau jadikan sebagai solusi. Karena memang, Islam punya solusi, Islam adalah solusi.
Ketahuilah kawan, Rasulullah dulu pernah mengatakan bahwa andaikata dunia dan seisinya ini hancur, itu adalah lebih ringan di sisi Allah dibanding dengan terbunuhnya seorang Muslim! Sekarang tidakkah kau lihat, ribuan Muslimin Palestina dibantai dan dibunuhi tanpa pandang bulu? Ingatkah engkau dengan kisah al-Mu’tashim yang aku ceritakan di beberapa paragraf yang lalu? Masihkah engkau menganggap ini bukan permasalahan kaum Muslimin?
Pokok Permasalahan dan Solusinya
Setiap permasalahan pasti ada solusinya. Aku yakin itu. Yang menjadi persoalan kemudian, solusi yang diberikan baru bisa dikatakan tepat bila memang itu merupakan solusi untuk pokok atau pangkal dari permasalahan yang ada. Oleh karena itu, pertama-tama kita harus tahu dulu, di mana pangkal permasalahannya, baru kemudian kita tentukan solusi yang tepat untuknya.
Bagaimana dengan konflik Palestina-Israel ini? Adakah kau tahu di mana pokok permasalahannya? Pangkalnya? Yang mana bila itu dihilangkan, maka konflik “abadi” ini pun akan berakhir?