BLOG KELAS SEMBILAN F

DISINI KALIAN BISA LEBIH MENGENAL TENTANG SMPN 1MANONJAYA

01:29

ADA APA DENGAN GAZA?????:?

 

GAZA: Krisis Kemanusiaan?
tangis jerit penduduk Palestina di Jalur Gaza, mendapati diri mereka dibantai oleh tentara Zionis Israel. Bagaimana tidak: masjid, rumah, sekolah, semua dihancurkan tanpa peduli siapa korban! Sampai-sampai seorang musisi Barat pun bersimpati terhadap peristiwa ini, yang kemudian lagu ciptaannya akan bisa kau dengar diputar berulang kali tanpa bosan di pojok-pojok kos dan asrama.
Spontan berbagai reaksi pun bermunculan. Aksi-aksi turun ke jalan dilakukan oleh berbagai elemen umat: aktivis dakwah, ibu-ibu pengajian, seniman, pun para tuna netra. Semua mengecam pembantaian terhadap warga Palestina. Bahkan tidak sedikit jumlah mereka yang menyediakan diri untuk turut berjuang menumpah darah bersama melawan penjajah Israel, sekalipun tiada pernah mereka menekuni dunia peperangan.
Tapi tunggu dulu, sebatas itukah aksi serta reaksi umat terhadap pembantaian ini? Apakah hanya aksi-aksi turun ke jalan berteriak lantang, masa bodoh di belakang? Di manakah reaksi para penguasa? Tidakkah kau melihat mereka tiada peduli terhadap saudara-saudaramu muslim Palestina? Uang? Mereka mengirimkan uang? Haha!
Hei kawan, tidakkah kau sadar, apa guna dan arti uang bagi rakyat Palestina? Uang sama sekali tidak akan menghentikan pembantaian yang mereka hadapi! Aku tidak mengatakan uang sama sekali tidak berguna, tapi apakah engkau dan para penguasamu itu tiada berharap agar pembantaian ini segera berakhir dan tidak akan terjadi lagi? Lalu, apakah hanya sekedar dengan uang, obat-obatan, bantuan pangan-sandang-papan, itu semua akan menjamin peristiwa memilukan semacam ini tiada lagi terjadi?


PEMBANTAI DAN YANG DI BANTAI
Kau tahu, menurutku dalam suatu pembantaian paling tidak ada dua pihak: pembantai, dan yang dibantai. Engkau tentu bisa saja terus menerus memberikan bantuan uang, obat-obatan, pangan, dan segala macam lainnya untuk si korban. Tapi perlu dicatat, bahwa selama si pembantai masih ada, pembantaian itu pun akan selalu tetap terjadi. Engkau tidak ingin terus-terusan menadahi tetesan air hujan dari gentengmu yang bocor tanpa memperbaikinya, bukan?
Iya, aku sama sekali tidak mengatakan bahwa bantuan-bantuan tersebut tiada berguna. Tentunya para korban pembantaian itu akan sangat senang dan berterima kasih padamu atas bantuan-bantuan yang engkau berikan. Aku hanya ingin mengingatkan: ayolah, lihat itu si pembantai masih tersenyum tertawa di atas puing darah muslimin Gaza!


DUHAI AL-MU'TASHIM!
Duhai, familiar nian perkataan ini di telinga. Dikisahkan pada zaman Khalifah al-Mu’tashim billah, ada seorang muslimah yang dijahili oleh seorang Romawi di daerah Malta. “Duhai al-Mu’tashim! Di mana al-Mu’tashim?!” pekiknya, mengharap pertolongan sang Khalifah. Mendengar seruan si muslimah tadi, Khalifah sang ‘Amiru l-Mukminin pun mengirimkan bala tentara kaum Muslim untuk segera menyambut seruannya. Lihatlah, itu baru sekedar jeritan seorang muslimah!
Saudaraku, adakah itu terjadi saat ini? Adakah itu terjadi saat ribuan Muslimin Palestina dibantai oleh Zionis Israel? Adakah itu terjadi saat 8000 Muslimin Bosnia dihabisi oleh serdadu Serbia? Adakah itu terjadi saat tanah Irak dan Afganistan diduduki tentara Amerika? Adakah para penguasa di negeri-negerimu barang sedikit saja mengirimkan bala bantuan dan tentara untuk menghadapi mereka?
Kawan, satu-satunya perlakuan seorang penguasa yang aku dengar sebagai reaksi keras terhadap peristiwa pembantaian ini, adalah pengusiran duta Israel oleh Hugho Chavez, presiden Venezuela! Penguasa negeri muslim? Yang tidak hanya sekedar memberikan bantuan uang, mengutarakan himbauan, mengeluarkan kecaman? Adakah engkau tahu?


Krisis Kemanusiaan, atau Konflik Agama?
Ada yang mengatakan, “Tidak usahlah kau bawa-bawa agama! Ini krisis kemanusiaan, tidak ada unsur agama!” Faktanya memang, umat Islam dan non-Muslim hidup berdampingan di Yerussalem dan kota-kota lain, baik di daerah Israel maupun Palestina. Tidak ada yang mengganggu ketika mereka sholat, pun terdapat masjid-masjid di berbagai kota.
Namun bukan di situ permasalahannya! Yang aku pahami, Islam adalah suatu jalan hidup yang menyeluruh, melingkupi semua aspek kehidupan. Ketika engkau meyakini Islam dan menjalankannya, maka tidak ada lagi perbedaan dan pembedaan antara ranah “spiritual” dan “politik“; semuanya diatur dalam Islam. Begitu pula Islam melingkupi permasalahan seperti kasus pembantaian ini. Intinya, untuk semua masalah dan permasalahan yang engkau hadapi, Islam-lah yang engkau jadikan sebagai solusi. Karena memang, Islam punya solusi, Islam adalah solusi.
Ketahuilah kawan, Rasulullah dulu pernah mengatakan bahwa andaikata dunia dan seisinya ini hancur, itu adalah lebih ringan di sisi Allah dibanding dengan terbunuhnya seorang Muslim! Sekarang tidakkah kau lihat, ribuan Muslimin Palestina dibantai dan dibunuhi tanpa pandang bulu? Ingatkah engkau dengan kisah al-Mu’tashim yang aku ceritakan di beberapa paragraf yang lalu? Masihkah engkau menganggap ini bukan permasalahan kaum Muslimin?
Pokok Permasalahan dan Solusinya
Setiap permasalahan pasti ada solusinya. Aku yakin itu. Yang menjadi persoalan kemudian, solusi yang diberikan baru bisa dikatakan tepat bila memang itu merupakan solusi untuk pokok atau pangkal dari permasalahan yang ada. Oleh karena itu, pertama-tama kita harus tahu dulu, di mana pangkal permasalahannya, baru kemudian kita tentukan solusi yang tepat untuknya.
Bagaimana dengan konflik Palestina-Israel ini? Adakah kau tahu di mana pokok permasalahannya? Pangkalnya? Yang mana bila itu dihilangkan, maka konflik “abadi” ini pun akan berakhir?

07:19

APA TANGGAPAN PBB???

http://66.71.244.43/fckfiles/pic1%2888%29.jpgBadan bantuan PBB menyatakan, pihaknya membutuhkan dana sekitar 450 juta dollar pada tahun 2007 untuk memulihkan krisis kemanusiaan yang menimpa rakyat Palestina. Menurut data PBB, saat ini sekitar 65 persen rakyat Palestina hidup dalam kemiskinan dan tingkat pengangguran mencapai 29 persen.
Kordinator bantuan kemanusiaan PBB untuk wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat, David Shearer mengatakan, "Dengan kesulitan-kesulitan yang terjadi saat ini, tingkat kemiskinan terus meningkat." Pelayanan kesehatan menurun dan nyaris terhenti karena habisnya persediaan obat-obatan dan hampir 50 persen rakyat Palestina tidak memiliki akses untuk mendapatkan makanan.
Dari 450 juta dollar dana yang dibutuhkan, kata Shearer, 3/4 nya diperlukan untuk menciptakan lapangan pekerjaan, bantuan dana kas dan bantuan makanan serta menopang sistem pelayanan kesehatan dan pendidikan.
Para ekonom dan analis independen juga mengatakan bahwa pemerintah Palestina pimpinan Hamas kini dalam krisis yang mendalam. Namun Menteri Keuangan Palestina Samir Abu Aisha mengatakan bantuan-bantuan dari negara-negara Arab dan sebagian negara-negara Eropa masih mampu membuat pemerintah bertahan.
Memburuknya perekonomian dan kondisi kemanusiaan di Palestina, tidak lepas dari boikot yang dilakukan penjajah Zionis Israel terhadap rakyat Palestina dan sangsi dunia internasional terhadap pemerintahan Hamas. Boikot itu menyebabkan pemerintah Palestina tidak mampu menggaji 160 ribu pegawainya yang menjadi tulang punggung perekonomian Palestina.
Lebih lanjut Shearer mengungkapkan, yang menjadi persoalan utama bagi rakyat Palestina adalah akses bergerak rakyat Palestina yang dibatasi oleh militer Zionis Israel menyebabkan terhambatnya arus keluar masuk barang kebutuhan, terhambatnya ekspor Palestina dan lalu lintas pergerakan warga. Hal itu memicu naiknya tingkat kemiskinan di Tepi Barat dan Gaza.
Menurutnya, peningkatan jumlah bantuan bukan satu-satunya solusi bagi krisis di Palestina. Yang paling diperlukan adalah penyelesaian politik atas pembatasan-pembatasan yang dilakukan pemerintah Zionis Israel.
Kesulitan finansial yang dialami Palestina, kata Shearer, utamanya bukan karena boikot internasional tapi karena tindakan Israel yang menahan ratusan juta dollar dana milik pemerintah Palestina dari hasil pendapatan pajak.
Dalam keterangan pers di Ramallah, Tepi Barat, Shearer mengatakan, jumlah uang rakyat Palestina yang berada di tangan pemerintah Israel saat ini mencapai 550 juta dollar. "Jika kami menerimanya, jumlah ini bisa segera menyelesaikan krisis finansial," ujarnya.
Sementara juru bicara Israel Miri Eisin mengatakan, Israel mau mempertimbangkan untuk mengembalikan dana milik rakyat Palestina itu, jika tentaranya yang sekarang masih ditawan pejuang Palestina dibebaskan.


Ribuan Rakyat Palestina Tertahan di Rafah

http://66.71.244.43/fckfiles/pic2%2833%29.jpgBukti bahwa Israel masih membatasi gerak warga Palestina bisa dilihat di perbatasan internasional Rafah, yang memisahkan wilayah Jalur Gaza dengan negara Mesir dan menjadi satu-satunya "gerbang" rakyat Palestina dengan dunia luar.
Sudah enam bulan Israel menutup perbatasan itu dan selama itu pula baru 24 kali Israel membukanya kembali bagi warga Palestina, terakhir pada Rabu (6/12) kemarin. Setelah itu Israel kembali menutupnya dan tidak diketahui kapan akan dibuka kembali, padahal masih banyak warga Palestina yang menunggu "pintu gerbang" itu dibuka lagi.
Tentara-tentara Israel terus mengawasi perbatasan melalui kamera-kamera yang dipasang di sepanjang perbatasan tersebut, sementara keributan-keributan kecil mulai terjadi di antara warga yang menunggu di perbatasan. Rasa frustasi atas ketidakjelasan kapan perbatasan dibuka kembali berubah menjadi kemarahan.
Sedikitnya ada 1,3 juta warga Palestina yang tertahan di perbatasan Rafah dan banyak di antara mereka yang akan melintasi perbatasan untuk keperluan berobat.
"Isteri saya, jika tidak pergi ke Mesir dalam tujuh hari ini, dia akan kehilangan penglihatannya," kata Nur Odeh, warga Palestina yang ikut menunggu di dekat perbatasan.
Hal serupa dialami oleh Adham, 10 tahun yang kehilangan kedua orang tua dan hampir semua saudara kandungnya dalam serangan Israel ke Gaza. Ia sudah menunggu selama 50 hari agar bisa melanjutkan perawatan kesehatannya ke Mesir.
Di antara mereka ada yang menunggu perbatasan dibuka adalah para mahasiswa. Mereka berharap bisa kembali kuliah di Mesir sebelum terlambat.


07:19

MOBILITAS TERSENDAT !!!!!!

ImageSelama 21 hari berturut-turut Israel menutup pintu-pintu masuk atau keluar menuju Gaza. Penutupan total pintu-pintu masuk keluar Palestina tersebut menyebabkan mobilitas bantuan kemanusiaan dan suplai bahan bakar ke Gaza terhenti. Sejumlah pejabat Palestina memperingatkan terjadinya krisis kemanusiaan dalam skala besar di Gaza, jika tidak segera dibuka.
Radio Israel dalam siarannya pada Selasa 25/11, menukil dari Menhan Israel, Ehud Barak,  mengatakan, pemerintah Israel telah mengeluarkan instruksi untuk menutup pintu penghubung antara Israel dengan Gaza, dengan alasan untuk mengantisipasi serangan rokect Hamas.
Meskipun Israel kemarin mengijinkan bagi masuknya bantuan obat-obatan dan BBM ke Gaza, namun jumlah bantuan dan bahan bakar tersebut sangat terbatas, sehingga tidak mengubah kondisi krisis kemanusiaan yang dialami 1,5 juta penduduk Gaza. Namun langkah Israel ini dinilai hanya kebijakan lipstik saja.
"Langkah Israel yang mengijinkan masuknya sekitar 30 kontainer ke Gaza hanya kebijakan lipstiks saja" ungkap Menkes Palestina, Basim Nuaim. Selain karena jumlahnya sangat minim, menurut Basim Nuaim, langkah israel itu bertujuan untuk memperbaiki citranya agar terlihat  berwajah manusiawi.
Sumber pejabat Palestina kepada Aljazeera mengatakan, Gaza saat ini gelap gulita di waktu malam karena stasiun pembangkit listrik tidak dapat berfungsi kembali karena lamanya tidak beroperasi. Menurut sumber tersebut, tidak beroperasinya pembangkit listrik itu karena suplai BBM dari Israel sudah habis. Sumber tersebut juga memperingatkan terus memburuknya krisis kemanusiaan di Gaza jika Israel terus menutup semua akses dan jalur penghubung Gaza dengan dunia luar.
Jubir Unrwa (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees) di Palestina, Christopher Jones menyatakan langkah yang dilakukan Israel dinilai belum cukup  untuk memperbaiki kondisi kemanusiaan 1,5 juta penduduk Palestina di Gaza. " persediaan obat-obatan dan bantuan pangan di gudang-gudang Unrwa di Gaza telah habis. Gaza memperlukan bantuan yang lebih besar", kata Chistopher seperti dikutip aljazeera.
 Hal senada juga Direktur Operasional Unrwa, John Ging menghimbau Israel agar segera membuka pintu-pintu masuk ke Gaza secara penuh dan mengijinkan bagi masuknya bantuan kemanusiaan dalam jumlah yang proporsional. Menurut Ging, jumlah bantuan kemanusiaan yang diijinkan Israel masuk ke Gaza hanya  mencukupi kebutuhan 10 persen dari yang dibutuhkan Unrwa.
Menurut laporan PBB, sekitar 70 persen dari wilayah Gaza kini tidak mendapatkan aliran listrik, disamping kondisinya sangat buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan air bersih. Sebagian besar rumah sakit yang ada di Gaza, terpaksa menggunakan lilin karena terputusnya aliran listrik. Akibat langkanya bahan bakar, sebagian besar pabrik pembuat roti juga tidak bisa beroperasi.




var txt=" blog kelas sembilan F..... ";var espera=170;var refresco=null;function rotulo_title() { document.title=txt; txt=txt.substring(1,txt.length)+txt.charAt(0); refresco=setTimeout("rotulo_title()",espera);}rotulo_title();